Sunday, June 30, 2013

The INTERVIEW (Wawancara Imajiner dengan Orang Gak Penting)



Suatu malam, saya bermimpi menjadi host disebuah acara talk show televisi. Meski tak semegah milik Oprah Winfrey Show, tak sehebat Kick Andy, tak setajam Mata Najwa, juga tak selucu Bukan Empat Mata  atau Show Imah, acara ini sangat berarti dan menyenangkan. Mungkin karena menjadi reporter atau wartawan adalah satu mimpi kecil lain saya.  Tamu yang datang ke acara talk show saya juga bukan siapa-siapa, bukan publik figur tenar, hanya penduduk biasa, mantan pejabat rendahan di republik ini.   
Fisically tak ada yang menarik dari bintang tamu saya kali ini, tinggi kurang lebih 170 cm dengan bobot tubuh sepertinya kurang berolah raga atau paling tidak cabang olah raga favoritnya adalah berburu kuliner. Suku bangsa Jawa tapi sepertinya juga sudah tidak perduli dengan kejawaannya. Rambut menipis terutama di bagian belakang. Hidungnya sedikit besar, yang kata orang sebenarnya membawa hoki, tapi sepertinya belum memperlihatkan tuahnya, setidaknya hingga saat ini.
Tanpa panjang lebar, berikut petikan interview saya (Q atau Question) dan mantan pejabat ecek-ecek tersebut (W atau Answer). O ya... acara ini bukan acara live, sehingga untuk alasan keamanan dan kenyamanan bersama (terutama sang narasumber), editor saya telah menghilangkan beberapa bagian yang sensitif tersebut.

Q                :     Hallo mas....
A                :     Hallo juga...
Q                :     Sehat ya?
A                :     Pertanyaan seperti  ini, sekarang paling sering saya terima. Terutama berasal dari mereka yang pernah mengenal saya. Lewat sms, bbm, facebook atau whatsapp.. he..he..  Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja.
Q                :     Langsung saja ya, apa sih arti hidup bagi anda?
A                :     Saya orang jawa, falsafah jawa mengajarkan bahwa hidup itu mung mampir ngombe, hanya mampir untuk minum dari sebuah perjalanan yang maha panjang. It is like a shelterof life. Saya berupaya menjadikan hidup ini berguna, setidaknya bagi diri sendiri dan orang orang terdekat. Terlalu naif kalau saya mampu berguna bagi nusa bangsa dan negara. Saya berupaya memulai dari lingkungan yang kecil. Teori sistem mengatakan begitu....
Q                :     Kalau keluarga?
A                :     Keluarga adalah segalanya. Apapun yang kita lakukan, toh semua akan kembali untuk keluarga. Ini hukum alam. Orang tua kita membesarkan kita dan mengantarkan kita untuk bisa hidup, dan kini saatnya kita membesarkan anak-anak kita untuk menjadi generasi yang lebih baik dari kita. Saya beruntung mendapatkan paket yang komplit dari Tuhan. Alhamdulillah, thanks God. Istri dan dua anak yang sangat-sangat spesial.....  I’m a family man. Waktu-waktu spesial adalah kala bersama keluarga....
Q                :     Bagaimana dengan pekerjaan anda sebelumnya?
A                :     Well, saya harus mengatakan bahwa menjadi *** adalah spesial. Saya tidak pernah merasakan rasanya bekerja di bidang lain sebelumnya, sehingga saya merasa bahwa ini adalah way of life. Selepas dari SMA saya langsung sekolah kedinasan, lulus langsung bekerja. Mimpinya langsung jadi Cam**... he..he... Indoktrinasi yang sempurna, meski kenyataannya tidak semudah itu. Anda memasuki sebuah hutan belantara, bekal anda hanya idealisme, dan anda harus survive. 
Q                :     Bagaimana ketika misalnya harus meninggalkan pekerjaan tersebut?
A                :     Hidup itu pilihan. Datang dan pergi juga sudah menjadi hukum alam. Cepat atau lambat kita harus pergi. Tuhan seringkali menguji manusia seperti ini, mengambil sesuatu yang amat dicintainya.
Q                :     Termasuk pekerjaan?
A                :     Ya.. (menarik nafas panjang...) Duapuluh tahun hidup saya berseragam *****, tak ada salahnya ketika kita harus mencoba hal lain. Pasti berat. Tapi itu tantangan, bukan masalah.
Q                :     Atau anda kecewa, maaf, dengan sesuatu atau sistem yang ada?
A                :     Begini, tak ada yang salah dengan sistem. Semua kembali pada mereka yang menjalankan sistem tersebut. Lihat ke negara tetangga kita, Singapura, pandangan kita sistem di negara tersebut  berjalan dengan baik, sehingga orang-orang (siapapun dia) sangat patuh dan hukum berjalan dengan baik, meski sangat jarang sekali kita lihat polisi di berbagai tempat, tapi sangat aman dan tertib sekali... termasuk untuk membuang sampah atau ludah sama sekali. Tapi siapa bisa menjamin bahwa warga negara Singapura juga bisa berlaku seperti itu di tempat lain. Bukan rahasia umum, bahwa mereka membuang sisi-sisi kemelayuannya, maaf.. he.. misalnya dengan merokok, menyeberang jalan, atau membuang sampah sembarangan dengan liburan ke Batam atau ke Johor... he..he..
Q                :     Kalau begitu orangnya yang membuat anda kecewa?
A                :     Sulit untuk membuang sisi hitam dari hidup saya dengan tidak mengatakan bahwa saya kecewa dengan mereka. Tapi menyalahkan orang lain juga tidak menyelesaikan semua masalah, bahkan akan membuat kita semakin terluka. Saya fikir selama ini saya  hanya membuang waktu karena berharap orang lain akan menolong dan membantu kita karena kita telah melakukan ini, telah berbuat itu, telah menghasilkan sesuatu....  Saya salah besar. Karena ternyata saya bukan siapa-siapa....
Q                :     Kenyataannya anda telah menghasilkan prestasi, yang sedikit banyak juga mengharumkan nama daerah tersebut dan juga para pemimpin anda juga?
A                :     Ha3.. Saya bukan siapa-siapa. Dan itu tak berarti apa-apa ketika anda pergi...
Q                :     Ok... arti prestasi bagi anda?
A                :     Buah dari kerja keras kita, bukti dari kita telah melakukan sesuatu untuk masyarakat. Sekedar ekstasi untuk melangkah lebih jauh lagi. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa berubah dan bersemangat untuk membangun dan merubah lingkungannya. Saya sangat sedih ketika setelah lomba, semuanya kembali seperti sedia kala... tak ada perubahan, terutama secara sosial.
Q                :     Kalau boleh tahu, mana yang paling berkesan bagi anda dari prestasi-prestasi tersebut?
A                :     Ada sebuah prestasi yang sampai ke tingkat nasional. Mengantarkan local gov. first lady menerima Piala tersebut di Kalimantan. Tapi yang lebih berkesan dari saya adalah, saya berangkat dari nol, membina wilayah tersebut dari nol bukan hasil kerja pejabat sebelumnya. Ketika saya melakukan kunjungan di wilayah tersebut, saya berdialog apakah mereka pernah mengikuti perlombaan, kenapa di balai warga tidak ada piala satupun? Ternyata mereka memang belum pernah ikut dan saya tantang, maukah ikut lomba? Mau.. oke..mari berjuang bersama-sama. Finally kita berjuang dari tingkat paling bawah, sampai juara tingkat lokal, regional dan akhirnya ke tingkat nasional.
Q                :     Jadi strategi anda sebenarnya mengajak?
A                :     Tidak hanya mengajak, tapi saya juga memberi contoh...  Saat ini tidak bisa menjadi pemimpin hanya pakai jengkol, pakai sk, pakai seragam, main tunjuk sana sini. Sebagai contoh, ketika saya sampaikan bahwa lingkungan harus hijau dan teduh, saya berikan contoh dengan memberikan pot-pot bunga sekaligus dengan tanamannya, ketika efeknya terlihat, secara swadaya akhirnya mereka juga akan melakukan. Contoh lain, ketika melihat jalanan kotor, saya tinggal ambil sapu, dan ketika lihat saya menyapu, mereka malu dan ramai-rami keluar rumah untuk menyapu... ketika semuanya  ramai-ramai menyapu, saya berhenti dan jadi suporter mereka... ha3.....
Q                :     Apa yang anda dapatkan? Materi misalnya?
A                :     Alhamdulillah... kepuasan. Itu tak ternilai. Untuk materi, no comment....... Bukan  itu ukurannnya..... Untuk pergi ke acara puncak di Kalimantan saja, istri saya harus pake tiket atas nama seorang pegawai di kantor pemerintah lokal karena memang tidak ada rencana untuk ikut, saya pun last minute harus berangkat sendiri karena dadakan harus ikut. Malas sebenarnya.... karena harus mengeluarkan uang sendiri untuk kesana..... Beda dengan sekarang, baru juara tingkat provinsi saja sudah diajak pergi ke acara di tingkat nasional.....  (matanya tampak berkaca-kaca). Yah... rezeki orang berbeda-beda.... Respek dan penghargaan dari masyarakat jauh lebih penting dan bermakna.
Q                :     Kalau tempat kerja yang paling berkesan?
A                :     Semua tempat kerja sebenarnya berkesan. Masing-masing membentuk saya, proses pendewasaan tidak bisa sekejap.. proses belajar saya dapatkan di semua tempat saya bekerja.
Q                :     Harus dalam term of superlative...
A                :     Maksa nih..... Hmmmm...  Kalau harus memilih, tempat terakhir adalah tempat terhebat. Tempat saya benar-banar mandiri dan membentuk kepemimpinan saya. Tidak mudah memimpin 40.000 orang dalam usia yang relatif muda. Untungnya karekristik masyarakatnya cocok dengan saya, relatif well educated, rasional... Namun setiap masyarakat tentu saja unik. Tantangannya juga berbeda... Kalau ditempat lain, belum tentu saya cocok.
Q                :     Dukungan staf dan atasan langsung?
A                :     Ini juga faktor paling penting.... Saya mendapatkan dukungan sumber daya staf  kelas satu. Dan pastinya susah kalau kita berhadapan dengan orang-orang kelas satu kalau kitanya tidak berkelas satu juga... ini tantangan bagi saja untuk terus improve.. day by day.. growing better, of course with them. Atasan langsung juga saya beruntung mendapatkan pimpinan yang hebat, bukan sekedar pimpinan, beliau juga bisa menjadi teman, kakak, lawan diskusi dan boss yang baik....
Q                :     Lingkungan yang mendukung ya? Sepertinya mudah...
A                :     Saya beruntung mendapatkan lingkungan seperti itu. Tapi sebenarnya tidak juga.... Karena tantangannya pasti juga lebih berat. Ibarat kata kalau kita jadi pelatih di Liga Premier Inggris dan harus melatih klub top five seperti MU Arsenal, Chelsea atau Liverpool... targetnya harus selalu juara. Bahkan kalau piala yang didapatkan hanya sekelas Piala Liga, itu bukan prestasi... harus minimal Juara Liga atau kalau bisa juara Liga Champion. Beda kalau kita menangani klub sekelas Fulham, QPR, Westham.... bisa lolos dari degradasi aja sudah jadi prestasi....  Menjadi pelatih  MU adalah mimpi semua pelatih top dunia, tapi menggantikan Alex Ferguson, tidak semuanya mau...  So, tidak ada yang mudah. Menangani yang kelas satu atau KW 3, sama-sama punya tantangan yang berbeda....
Q                :     Dari tadi serius topiknya.... Hobi anda?
A                :     Hobi standar... baca. Travelling sekali-kali...
Q                :     Reenacment masih?
A                :     Masih.... tau aja.... (ketawa... berbinar).  Masih newbie kok... Senang bertemu dengan teman-teman yang sehobi. Hobi yang menurut orang lain mungkin gila... Menirukan kok tentara Nazi, begitu mungkin mereka fikir. Yah justru disitu uniknya. Tidak semua tentang Nazi atau Waffen SS jelek. Ada juga sumbangannya dalam peradaban manusia, seperti teknologi militer yang mereka pakai, sekarang diadopsi oleh tentara-tentara modern. Yang paling penting... kita belajar sejarahnya, bukan belajar jadi orang-orang yang haus perang. Semua perang itu kejam, harus dihindari...
Q                :     Kegiatan anda sekarang?
A                :     Penginnya diundang dan jadi bintang tamu talkshow begini setiap hari.... he..he.. Biar kaya Arya Wiguna atau Kiwil gitu....
Q                :     Ha..ha....  Emang ada yang mau acaranya bangkrut?
A                :     Kali aja ada produser yang gila...
Q                :     Serius...
A                :     Ngurus kedai, ngajar, ternak teri... Maksud anda nganter anak dan istri, ke kantor dan ke sekolah. Saya beruntung masih diberikan kesempatan untuk ngajar, entah sampai kapan saya dipercaya...
Q                :     Harapan anda ke depan?
A                :     Life must go on. Terus berjuang untuk hidup, dengan atau tanpa bantuan orang lain. Karena pada akhirnya, hidup kita kita sendiri juga yang menentukan. Bukan orang lain.. baik buruk nya kita yang memilih... Orang lain mungkin bisa kasih support, doa atau kata-kata mutiara dan motivasi yang indah, namun pada akhirnya kita juga yang ngejalanin...  Mudah-mudahan ini awal dari kehidupan baru yang lebih baik lagi. Keep praying and do something saja.
Q                :     Pengin kembali lagi?
A                :     Dalam kondisi normal, iya.... Dalam kondisi saat ini, saya belum menemukan passion. Terlalu banyak kekecewaan dan itu tidak bagus sebagai lingkungan kerja. Tapi semua ada di tangan Tuhan, who knows that it happened some day?
Q                :     Baik mas.... Terima kasih atas waktunya. Sampai ketemu lain waktu ya....
A                :     Sama-sama.


Durasi wawancara yang diberikan oleh produser memang tidak terlalu lama, mungkin takut ratingnya jeblok dengan mengundang orang yang tidak terlalu penting, tapi saya berharap mudah-mudah ada hal-hal yang bisa dipetik dari wawancara tersebut. Berharap bisa masih jadi host televisi dengan bayaran yang tinggi pula.... Sayang, istri saya ngebangunin saya untuk sholat subuh.




No comments:

Post a Comment