Monday, June 17, 2013

Evergreen Tom and Jerry

Tom and Jerry. Fabel buatan Hollywood ini tak pernah bosan dilihat, dari saya kanak-kanak dan nonton tivi hitam putih di tetangga sebelah hingga era tivi satelit yang lremote control-nya ada dalam kekuasaan si bungsu. Saya tak pernah tahu, apa sebenarnya magi yang yang membuat film kartun ini bertahan dari satu generasi ke generasi. Format film kartun yang sebenarnya jadul dibandingkan kartun buatan Pixar macam Up, Garfield, Toy Soldier atau bahkan kartun buatan negeri jiran, Ipin Upin yang tampak lebih hidup. Begitupun dengan ceritanya, hanya berkisar pada kucing yang memburu tikus, tak jauh beda dengan kaulinan atau permainan budak Sunda: maen uucingan.

Melihat kontennya, orang tua seharusnya miris dan khawatir perilaku Tom dan Jerry yang sarkas dan slapstik diduplikasi. Komnas Anak atau lembaga sensor (anehnya ngelulusin ya...) seharusnya tidak merekomendasikan, Kalau perlu Kontras juga, karena ini benih-benih dehumanisme (apa ini ya??) yang bisa tertanam dan tersosialisasikan di alam sadar anak-anak, dan jangan -jangan terbawa sampai dewasa, bahwa menyakiti orang lain itu legal, halal dan bahkan menimbulkan sensasi tersendiri. ckk.....ck... Coba pertimbangkan adegan-adegan ini: jatuh (dijatuhkan) dari atas pesawat, dipukul dengan papan kayu atau pemukul bisbol, dilemparkan bak bola bowling, kena jebakan, kejatuhan pohon, tertimpa piano, melindas paku, petasan meledak di dalam mulut dan masih banyak lagi modus...

Tapi mungkin itu yang membuat awet film ini, evergreen dari satu generasi ke generasi. Sangat sesuai dan merupakan  personifikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukankah kita sangat suka menindas orang lain? Atau saling menyakiti, trickie, menjebak orang lain....  Begitulah drama kehidupan. Terkadang juga memang saling harus ada, hubungannya seperti ABG, benci tapi rindu... Alkisah Tom sedang pergi entah kemana, dan ternyata Jerry sang tikus amatlah merindukan si kucing, meski itu adalah sang pemburu yang menyakiti hidupnya. Dan dalam kehidupan kita,
 itu ternyata benar adanya. Mereka yang berkuasa memanfaatkan dan menikmati kekuasaannya untuk memburu mereka yang bisa dimakan, dipermainkan dan menjadi hamba hawa nafsunya. Tom and Jerry sangat nyata dalam kehidupan kita.

So, sungguh beruntung mereka yang punya kostum kucing dan memainkan peran sebagai kucing, seperti Tom, mereka bisa menginjak, menendang, mencekik, bahkan membakar rumahnya atau apapun yang mereka inginkan. Tapi namanya kostum, tak semua yang memakainya adalah kucing original, banyak juga yang jadi-jadian, dan ketika belangnya terbuka, orang baru sadar bahwa ternyata yang didalam kostum tersebut adalah tikus besar, dengan gigi-giginya yang tajam, meneteskan air liur dan menebarkan bau busuk penyakit pes. Sungguh 180 derajat berbeda dari  yang kita sangka, fasihnya berbicara pasal dan ayat, ternyata hanya untuk menjatuhkan dan menundukkan orang lain supaya tunduk pada kemauannya, tak lebih dari itu... Hipokrit.

Dan negeri ini akan semakin mundur ke balakang ketika kita memberikan kostum-kostum Kucing pada  jiwa-jiwa tikus got.. Hi kucing palsu, waktumu sudah habis kucing.. begini bukan caramu?  (hentakkan kaki ke tanah, kemudian digosok-gosokkan kaya menghilangkan kotoran di sepatu). Demi Tuhan.....  ini niru omongan Arya Wiguna.  

Dedicated for the dangerous Rat in the world (RF, N, RR)
: you're suck!

No comments:

Post a Comment