Sunday, June 16, 2013

Hikayat Pohon

Hutan virtual. Ada satu pohon diantara sekumpulan pohon yang saling bertautan dan bersemak. Saya tak tahu pasti ordo, genus atau familie pohon tersebut karena saya bukan ahli botani, membuka ensiklopediapun rasaya tak terlalu yakin menemukan jawaban akan identitas sang pohon. Meski tak setua pepohonan yang ada di hutan Yellowstone, pohon tersebut sepertinya sudah sangat tua, terlihat dari kulit luarnya yang mengeras, begitupun dengan akarnya yang kokoh menghunjam tanah. Untuk tahu pasti, pohon tersebut tentu saja harus ditebang, dibelah horisontal batangnya dan dilihat lingkaran tahun pohon tersebut, niscaya bukan saja usia pohon yang akan terlihat, tapi juga sejarah yang dilalui sang pohon, dari revolusi sampai reformasi, dari huru-hara sampai pesta pora, dan tentu saja berbagai cerita kebohongan....

Sama seperti pohon kebanyakan, sinar mentari khatulistiwa membuat fotosintesa berlangsung sempurna sehingga menghasilkan klorofil yang menghijau. Yang menarik dari pohon tersebut, adalah buahnya yang banyak bergantungan di berbagai bagian pohon. Meski berbuah identik, kondisi setiap buah berbeda-beda, ada yang gemuk menggemaskan karena penuh nutrisi, ada yang masih hijau yang polos, ada yang tampak kurus seperti kurang gizi, ada yang penyakitan karena digerogotin ulat dan kalong..

Posisi tempat bergantung juga sangat menentukan kondisi buah. Jika mendapatkan tempat bergantung strategis, dekat dengan sumber makanan, serta terlindungi oleh rimbun pohon dan pekat ranting, dijamin buah tersebut akan sangat sehat dan makmur. Berbeda dengan buah yang ada di pinggiran, meski sehat dan mengkilat karena terkena sinar matahari, buah ini sangat rentan menjadi korban tangan-tangan iseng yang suka melemparinya dengan ranting atau sendal bekas butut, rawan juga dari serangan burung herbivora atau binatang nokturnal yang doyan makan buah. Ada juga yang sekedar menjalani nasib dan takdir menjadi buah, pokoknya jadi buah saja....

Olala...  Pada akhirnya memang hukum alam berbicara. Apapun itu, mereka adalah buah dan tetaplah menjadi buah. Ada siklus alami, tumbuh dari putik sari yang terbuahi, berkembang menjadi bunga, dan yang beruntung akan menjadi buah, mulai dari sebesar pentil hingga matang alami pada waktunya. Tidak semuanya beruntung seperti itu, karena juga ada yang jatuh dan gugur sebelum masanya karena berbagai sebab.

Seperti salah satu buah yang satu itu, berkilau, segar dan ranum menuju matang. Namun malang, segerombolan kalong dengan taring-taring yang tajam datang dan menyerbu serta mencabik-cabik daging buahnya. Tak perlu sampai habis, tapi cukup meninggalkan luka dan pada akhirnya akan menjadi rumah yang nyaman bagi ulat dan bakteri pembusuk. Hanya menunggu waktu, dan sedikit angin tentunya, sang buah akan segera terjatuh.

Saya hanya bisa membayangkan, saat sang buah tersebut jatuh ke tanah, tak siapapun yang akan memperdulikan. terbenam dalam timbunan dedaunan kering, tertutupi debu dan lumpur ketika hujan, dan bahkan terinjak-injak kaki. Terbayangkan hinanya, 180 derajat berbeda ketika masih bergantung di dahan pohon. Saya hanya bisa berdoa, meski terbenam dalam kehidupan dibawah pohon agung, biji pohon akan segera mengering, kemudian membelah diri dan berakar, menyatu kembali ke bumi untuk menjalani kehidupan baru sebagai sebuah bakal pohon. Pohon kecil yang akan memberikan manfaat lebih baik lagi bagi sesama. Dengan penuh harga diri.

Sampai saat ini saya masih mencari-cari nama yang pas untuk pohon tersebut....

No comments:

Post a Comment