Udah lama gak berpetualang pakai bus malam... Terakhir naik bis malam adalah dari Johor
Baru ke Kuala Lumpur. Lumayan juga sekaligus buat perbandingan.... Hingga
akhirnya bikin itinerary 2 malam 1 hari,
ini berarti pit stopnya cuma beberapa jam aja di Jogja nanti. Bandung Jogja,
berangkat malam Jumat dan ditargetkan malam Sabtu udah ada di rumah lagi. Karena memang hari Sabtu mau ada acara wisuda
di Kampus dan sudah ngerencanain mau dateng sama ibu negara... Kebetulan
undangan VIP ditangan berlaku untuk dua orang. Sekalian pengin ngerasain aura
wisuda sarjana dulu.. Dejavu.
BDG-JOG
Kebetulan Kamis sore saja ada jadual ngamen sore, jadi begitu
kelas bubar, langsung ke rumah, sholat magrib, makan dan setelah sedikit
beberes, dengan diantar oleh rombongan kecil istri dan anak-anak langsung pergi
ke terminal Cicaheum. Sampai terminal langsung cari tiket di loket Bandung
Ekspress,.. habis. Terus ke loket Pahala Kencana, alhamdulillah masih ada.
Jadilah tiket seharga Rp 150.000 ditebus untuk perjalanan ke Jogja dengan rute
selatan, melambung ke Magelang dan diperkirakan jam 5 pagi udah sampe Yogya...
Mudah-mudahan nama besar bis ini sesuai dengan pelayanannya...
Wah... di luar ekspektasi, bis ini gak sebagus yang
dibayangin. Eksteriornya menunjukkan ini bis sudah lama menjalankan tugasnya.
Bukan keluaran terbaru, dan pastinya jauh jika harus ngebandingin dengan bus
malam JB-KL.... Saya gak tahu bis ini pake mesin dengan lambang bintang
segitiga atau lambang sayap seperti batman. Masuk kedalam, keliatan gak terlalu
lega, mungkin ada sekitar 50 seats.
Interiornya sudah keliatan lusuh. Bis udah penuh di dalam, kru bis keliatan
sedang mengabsen ulang penumpang.. dan saya kebagian duduk di baris ke empat,
alhamdulillah bisa dapet pinggir jendela. Bis sepertinya penuh, meski ada
beberapa bangku kosong, tampaknya itu sudah dipesan oleh agen untuk penumpang
yang naik tidak dari terminal Cicaheum.
Sekitar jam 19.30 bis keluar
perlahan dari terminal cicaheum, belok ke kanan ke arah Suci, sebelum
perempatan langsung belok kiri ke arah Jl. Ahmad Yani dan puter balik di depan
IndoGrosir. Ini short cut.. karena
harusnya bis lewat lampu merah dulu terus belok di samping Polsek, dan belok
kanan untuk lanjut ke Jalan A.H. Nasution atau Ujung Berung... Ah yang penting cepat dan irit BBM kali
ya.... Malam itu jalanan tidak terlalu macet. Tanpa halangan melaju hingga ke
Cileunyi. Lepas dari Cileunyi, bis sekali ambil penumpang di agen sekitar
Rancaekek, terus lanjut non stop hingga istirahat di Tasik, kalau gak salah
daerah Rajapolah.
Istirahat yang kurang lebih 30
menit dimanfaatkan untuk makan malam, dengan menu granat eh.. telur bulet,
sayur sop, bihun goreng lalap dan krupuk plus bonus teh tawar... menu yang
terlalu standar dan dari dulu gak berubah-ubah. Rest Areanya juga gak berubah konsep... Kapan bisa minimal seperti rest area yang di jalan tol? Kenapa
harus memilih yang seperti ini? Makanan gratis juga lebih baik ditinggalin
kalau cuma seperti itu... Outlet popmie yang biasanya favorit, seharusnya bisa
dibikin menarik, harga standar, dan pelayanan dengan pramusaji yang menarik,
bukan mas-mas yang baru bangun tidur.....
Bus akhirnya melanjutkan
perjalanan ke arah timur, lepas dari
Rajapolah masuk ke Ciamis, terus lanjut ke Banjar dan akhirnya dilepas oleh
patung tentara yang didampingi oleh maung dan disambut oleh patung Pangeran
Diponegoro di seberang Sungai Citanduy. Aha... ini berarti sudah masuk teritori
Provinsi Jawa Tengah... dan ini berarti kurang lebih satu setengah jam akan
menembus hutan dan jalan yang berkelak-kelok plus bonus jalan super rusak...
Lima tahun yang lalu jalan ini sangat bagus, dan sekarang hancur dibanyak
tempat.. Padahal mudik sebulan lagi... Kebayang nanti antrean mobil di jalur
ini. Berbeda dengan jalur jalan provinsi Jawa Barat yang terkesan jauh lebih
mulus.. Untuk yang satu ini saya angkat
jempol untuk Kang Aher (meski saya gak ikut milih... he3). Hallo Pakdhe Bibit? Hallo juga pak gubernur
penggantinya....
Tak ada yang menarik sepanjang
perjalanan, apalagi dikeremangan malam, tak ada pemandangan alam yang bisa
dinikmati. Jalanan khas jalur selatan yang sempit membuat bis tidak bisa dipacu
kencang. Subuh akhirnya bis dari Purworejo belok ke arah utara untuk masuk ke
Magelang, dan dari kota tentara itu belok kanan ke arah Sleman DIY. Setelah menurunkan penumpang di Jombor, bis
belok kanan menyusuri ring road untuk menuju terminal akhir, Janti. Sebelum
janti saya turun di prapatan ke arah Bantul. Tunggu penjemputan....
JOGJA-PWT
Siangnya saya putuskan untuk
pulang lebih awal dari jadual sebelumnya. Meski saya sadar pasti tidak bisa
ikut Sholat Jumat... Jam 10.00 WIB
saya Menunggu bis yang sedang naik daun..
(hebat ini bis ya...) Efisiensi namanya. Sambil nunggu cari-cari info di
internet tentang bis ini... wow ternyata memang bagus dan punya jadual
perjalanan yang rapi. Dan ternyata saya juga membuang waktu dengan menunggu di
pingiir jalan karena tidak ada bus Efisiensi yang mau berhenti dipinggir jalan.
Akhirnya saya ambil keputusan untuk menuju terminal Janti dengan menggunakan
bus tigaperempat. Rp 3000 perak sampai terminal...
Sampai terminal saya langsung mencari tempat bis Efiensi
berada. Ada beberapa bis yang siap berangkat, tak ada loket khusus, hanya satu
meja di apron bis Efisiensi. Ternyata hanya untuk pesan tempat duduk dan
menentukan bis mana yang akan kita naiki nanti. Ini mengingatkan saya pada
Terminal Bis Queen Street di Singapura, disana juga ada dua tempat
mejapengganti loket, satu meja milik perusahaan bis Causeway Link warga kuning
ala bumblee bee dan satu lagi milik Singapore Johor Express (SJE) yang warna
dan bentuk bisnya mirip bis Cirebon-Bandung, Bhinneka merah tua. Jika di
perusahaan pertama hanya pesan tiket dan bayar diatas bis, kalau di operator
kedua tiket harus ditebus dimeja... Jadi operator bis Efisiensi ini kayanya
lebih mirip Causeway Link.
Bis-bis Efisiensi relatif baru,
dan katanya ada dua jenis, satu yang tipe Royal Class dengan bangku 2-1, dan
satunya lagi Patas dengan formasi bangku 2-2. Saya berharap bisa mendapatkan
yang royal class seperti yang biasa
kita temui di Singapura-Malaysia. Dream
on.... saya kebagian yang 2-2. Yah... akhirnya pilih seat nomor 39, dua deret dari belakang. Ada di jejeran pintu
darurat. Ini berarti ruang untuk kaki yang sangat lapang. Interior bis lumayan
mewah, dengan jok empuk dan berbalut kulit (imitasi?) yang nyaman pula. Di
beberapa tempat terdapat LCD kecil yang seperti hanya bisa diakses dengan earphone pribadi, karena provider bis
tidak menyediakan. Terdapat juga beberapa colokan hape... nah ini baru paham
kebutuhan konsumen. Saran ke manajemen Efisiensi mestinya harus diperbanyak...
Bis melaju sesuai jadual yang tercantum
di kaca samping depan.. o iya, disetiap bis tercantum jadual keberangkatan.
Dari Purwokerto atau Yogyakarta.... Keren. Bis berhenti di Gamping, sebuah
wilayah di barat kota Yogya... sepertinya itu pos kontrol, tempat keberangkatan
dan juga pool bis Yogyakarta. Tempatnya
seperti masih baru, warna bangunannya cacthy, bersih.. Disini naik beberapa penumpang..
sekitar 15 menit bis berhenti. Bis kembali melanjutkan perjalanan. Kondektur
manarik bayaran, 40 ribu per penumpang. Setelah itu acara bagi-bagi minuman
aqua botol merek aguaria 300 ml (he..he... udah jadi nama generik untuk air
mineral botol). Merek ini meski mirip-mirip sang market leader, untuk ukuran Jawa Tengah ini rajanya lho...
Bis berjalan cukup lambat. Entah
karena jalan yang sempit sehingga susah melakukan overlap atau juga karena engga pake sistem setoran sehingga gak
perlu berlomba cari penumpang di pinggir jalan. Ngeselin juga sebenarnya,
apalagi perut sudah nagih minta diisi. Sempat menurunkan penumpang di Sokaraja,
akhirnya bis sampai terminal Purwokerto
sekitar jam 17.30. Alhamdulillah....
PWT-BDG
Setelah isi perut di warung soto
yang rasanya aneh... akhirnya langsung menuju bis yang akan menuju Bandung.
Walah.. langsung mood-nya hilang karena yang ada ternyata bis ekonomi AC, udah
pasti dengan tempat duduk 2-3. Bis dengan merk “Sari Harum” (mirip merek tahu
sumedang nih....) ini kelihatan banget sudah cukup uzur. Dibeberapa tempat
tampak cat yang mengelupas dan interior yang sudah cukup kusam. Hanya LCD tivi
yang membuat sedikit baru, dengan dvd dangdut yang diputar berulang-ulang
sepanjang perjalanan. Ow.. ada toilet dan smoking area-nya.. Mungkin ini dulu
bis mewah pada jamannya... Sisa-sisa kejayaan.
Sengaja cari tempat duduk di bangku 3 kursi, berharap bis
gak penuh sehingga apabila diisi dua orang ada satu kursi yang bisa
dimanfaatkan untuk kelebihan body ini. Sebelum berangkat bis tampat setengah
penuh, tapi begitu sopir siap-siap menjalankan bis, tiba-tiba bis diserbu
penumpang yang entah dari mana datangnya... Rupanya mereka adalah penumpang bis
jarak “dekat” yang kemalaman dan sudah tidak menemui bis jarak dekat, sehingga
dilarang naik terlebih dahulu oleh kru bis. Akhirnya bis meninggalkan terminal
Purwokerto dengan penumpang yang bergelantungan oleh penumpang bis jarak dekat...
Untung aja bis ini dilengkapi dengan pengharum ruangan elektrik yang secara
periodik menyemprotkan parfum wangi.. Lumayan mengurangi bau-bauan berbagai
macam sumber...
Meski tua, ternyata bis ini cukup
oke menerobos jalanan sempit dan berkelak-kelok antara Purwokerto – Banjar.
Beberapa kali berguncang karena buruknya jalan, beberapa bisa mengoverlap
truk-truk yang kepayahan menaklukkan tanjakan. Lutut sudah mulai panas, badan
terhimpit oleh 2 penumpang dengan 2 penumpang berukuran XXL... Lumbir, Majenang,
Karangpicung terlampaui. Selamat tinggal pula jalanan rusak dan berlubang yang
menyiksa. Masuk ke wilayah Jawa Barat dengan kondisi jalan yang lebih bagus, bis
bisa melaju lebih kencang. Apalagi penumpang jarak dekat sudah mulai turun,
sehingga tinggal penumpang jarak jauh.
Meski ekonomi, bis ini tidak
masuk ke terminal-terminal untuk mengambil penumpang. Ini membuat beberapa
penumpang yang berharap bisa turun di terminal bis Banjar tampak menggerutu.
Bis akhirnya hanya melewati Ciamis dan Tasik tanpa masuk terminal. Sempat
berhenti istirahat disebuah rumah makan, yang lagi-lagi gak menarik di sekitar
Malangbong. Bis kembali lanjut dengan penumpang yang tinggal setengah dari
seluruh tempat duduk. Semakin berkurang ketika sampai di Cileunyi, menurunkan
penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta atau memang sengaja turun
di Cileunyi saja..
Akhirnya bis memasuki bundaran
Cibiru sekitar pukul 03.00. Walah... ternyata pake acara ngisi solar dulu ini
bis di daerah Ujung Berung, padahal bentar lagi sudah mau nyampe Cicaheum dan
didepannya ada 2 bis pariwisata yang ngantri mau ngisi solar juga. Mungkin ini
prosedur tetap semua bis ya... Tanki harus penuh sebelum masuk ke garasi.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bis menuju pemberhentian akhir..
Sempat ngobrol dengan kondektur yang mengeluhkan pendapatan yang semakin berat
dengan naiknya harga BBM, premanisme di Terminal Purwokerto (yang katanya bisa
menghabiskan uang sampai 500 ribu), setoran bis yang Rp 850.000 yang tidak bis
ditawar lagi, solar yang habis sampai 1,4 juta dari tadinya sekitar Rp 900.000-
Rp1.000.0000... Padahal dari Purwokerto ke Bandung dengan kondisi penumpang
seperti tadi, dia bisa mengeruk uang kurang lebih 2,5 juta rupiah. Untuk
penumpang terdekat, dari Purwokerto sampai Lumbir, setiap penumpang di kenakan
sebesar 15.000 dan sampai Bandung dikenakan ongkos Rp 60.000,-... Ya.. hidup
memang begitu, tak selalu ada di atas, tak selalu uang datang dengan mudah...
Seperti roda bis, kadang diatas kadang dibawah...
Hitung punya hitung, saya
ternyata menghabis waktu kurang lebih 18 jam untuk menempuh perjalanan
Yogyakarta-Bandung. Ongkos tentu saja lebih murah dibanding pakai bus malam
patas Yogya-Bandung, meski waktu tempuh dan kenyamanannya juga berbeda jauh.
Walhasil saya membatalkan rencana menghadiri wisuda di Sasana Budya Ganesa
(Sabuga – ITB) karena mata yang ngantuk dan badan yang lumayan capek. Dan
ketika saya menyelesaikan tulisan ini, badan sudah menagih obat untuk radang di
sendi lutut ini... Oleh-oleh dari Yogya.
Bandung, 07072013 nunggu kedai tutup.
mantep om wkwk
ReplyDelete