Sunday, July 7, 2013

MENDADAK BISMANIA



Udah lama gak berpetualang pakai bus malam...  Terakhir naik bis malam adalah dari Johor Baru ke Kuala Lumpur. Lumayan juga sekaligus buat perbandingan.... Hingga akhirnya bikin itinerary 2 malam 1 hari, ini berarti pit stopnya cuma beberapa jam aja di Jogja nanti. Bandung Jogja, berangkat malam Jumat dan ditargetkan malam Sabtu udah ada di rumah lagi.  Karena memang hari Sabtu mau ada acara wisuda di Kampus dan sudah ngerencanain mau dateng sama ibu negara... Kebetulan undangan VIP ditangan berlaku untuk dua orang. Sekalian pengin ngerasain aura wisuda sarjana dulu.. Dejavu.

BDG-JOG

Kebetulan Kamis sore saja ada jadual ngamen sore, jadi begitu kelas bubar, langsung ke rumah, sholat magrib, makan dan setelah sedikit beberes, dengan diantar oleh rombongan kecil istri dan anak-anak langsung pergi ke terminal Cicaheum. Sampai terminal langsung cari tiket di loket Bandung Ekspress,.. habis. Terus ke loket Pahala Kencana, alhamdulillah masih ada. Jadilah tiket seharga Rp 150.000 ditebus untuk perjalanan ke Jogja dengan rute selatan, melambung ke Magelang dan diperkirakan jam 5 pagi udah sampe Yogya... Mudah-mudahan nama besar bis ini sesuai dengan pelayanannya...

Wah... di luar ekspektasi, bis ini gak sebagus yang dibayangin. Eksteriornya menunjukkan ini bis sudah lama menjalankan tugasnya. Bukan keluaran terbaru, dan pastinya jauh jika harus ngebandingin dengan bus malam JB-KL.... Saya gak tahu bis ini pake mesin dengan lambang bintang segitiga atau lambang sayap seperti batman. Masuk kedalam, keliatan gak terlalu lega, mungkin ada sekitar 50 seats. Interiornya sudah keliatan lusuh. Bis udah penuh di dalam, kru bis keliatan sedang mengabsen ulang penumpang.. dan saya kebagian duduk di baris ke empat, alhamdulillah bisa dapet pinggir jendela. Bis sepertinya penuh, meski ada beberapa bangku kosong, tampaknya itu sudah dipesan oleh agen untuk penumpang yang naik tidak dari terminal Cicaheum.

Sekitar jam 19.30 bis keluar perlahan dari terminal cicaheum, belok ke kanan ke arah Suci, sebelum perempatan langsung belok kiri ke arah Jl. Ahmad Yani dan puter balik di depan IndoGrosir. Ini short cut.. karena harusnya bis lewat lampu merah dulu terus belok di samping Polsek, dan belok kanan untuk lanjut ke Jalan A.H. Nasution atau Ujung Berung...  Ah yang penting cepat dan irit BBM kali ya.... Malam itu jalanan tidak terlalu macet. Tanpa halangan melaju hingga ke Cileunyi. Lepas dari Cileunyi, bis sekali ambil penumpang di agen sekitar Rancaekek, terus lanjut non stop hingga istirahat di Tasik, kalau gak salah daerah Rajapolah.

Istirahat yang kurang lebih 30 menit dimanfaatkan untuk makan malam, dengan menu granat eh.. telur bulet, sayur sop, bihun goreng lalap dan krupuk plus bonus teh tawar... menu yang terlalu standar dan dari dulu gak berubah-ubah. Rest Areanya juga gak berubah konsep...  Kapan bisa minimal seperti rest area yang di jalan tol? Kenapa harus memilih yang seperti ini? Makanan gratis juga lebih baik ditinggalin kalau cuma seperti itu... Outlet popmie yang biasanya favorit, seharusnya bisa dibikin menarik, harga standar, dan pelayanan dengan pramusaji yang menarik, bukan mas-mas yang baru bangun tidur.....

Bus akhirnya melanjutkan perjalanan  ke arah timur, lepas dari Rajapolah masuk ke Ciamis, terus lanjut ke Banjar dan akhirnya dilepas oleh patung tentara yang didampingi oleh maung dan disambut oleh patung Pangeran Diponegoro di seberang Sungai Citanduy. Aha... ini berarti sudah masuk teritori Provinsi Jawa Tengah... dan ini berarti kurang lebih satu setengah jam akan menembus hutan dan jalan yang berkelak-kelok plus bonus jalan super rusak... Lima tahun yang lalu jalan ini sangat bagus, dan sekarang hancur dibanyak tempat.. Padahal mudik sebulan lagi... Kebayang nanti antrean mobil di jalur ini. Berbeda dengan jalur jalan provinsi Jawa Barat yang terkesan jauh lebih mulus..  Untuk yang satu ini saya angkat jempol untuk Kang Aher (meski saya gak ikut milih... he3).  Hallo Pakdhe Bibit? Hallo juga pak gubernur penggantinya....

Tak ada yang menarik sepanjang perjalanan, apalagi dikeremangan malam, tak ada pemandangan alam yang bisa dinikmati. Jalanan khas jalur selatan yang sempit membuat bis tidak bisa dipacu kencang. Subuh akhirnya bis dari Purworejo belok ke arah utara untuk masuk ke Magelang, dan dari kota tentara itu belok kanan ke arah Sleman DIY.  Setelah menurunkan penumpang di Jombor, bis belok kanan menyusuri ring road untuk menuju terminal akhir, Janti. Sebelum janti saya turun di prapatan ke arah Bantul. Tunggu penjemputan....
JOGJA-PWT
Siangnya saya putuskan untuk pulang lebih awal dari jadual sebelumnya. Meski saya sadar pasti tidak bisa ikut Sholat Jumat...  Jam 10.00 WIB saya  Menunggu bis yang sedang naik daun.. (hebat ini bis ya...) Efisiensi namanya. Sambil nunggu cari-cari info di internet tentang bis ini... wow ternyata memang bagus dan punya jadual perjalanan yang rapi. Dan ternyata saya juga membuang waktu dengan menunggu di pingiir jalan karena tidak ada bus Efisiensi yang mau berhenti dipinggir jalan. Akhirnya saya ambil keputusan untuk menuju terminal Janti dengan menggunakan bus tigaperempat. Rp 3000 perak sampai terminal...

Sampai terminal  saya langsung mencari tempat bis Efiensi berada. Ada beberapa bis yang siap berangkat, tak ada loket khusus, hanya satu meja di apron bis Efisiensi. Ternyata hanya untuk pesan tempat duduk dan menentukan bis mana yang akan kita naiki nanti. Ini mengingatkan saya pada Terminal Bis Queen Street di Singapura, disana juga ada dua tempat mejapengganti loket, satu meja milik perusahaan bis Causeway Link warga kuning ala bumblee bee dan satu lagi milik Singapore Johor Express (SJE) yang warna dan bentuk bisnya mirip bis Cirebon-Bandung, Bhinneka merah tua. Jika di perusahaan pertama hanya pesan tiket dan bayar diatas bis, kalau di operator kedua tiket harus ditebus dimeja... Jadi operator bis Efisiensi ini kayanya lebih mirip Causeway Link.

Bis-bis Efisiensi relatif baru, dan katanya ada dua jenis, satu yang tipe Royal Class dengan bangku 2-1, dan satunya lagi Patas dengan formasi bangku 2-2. Saya berharap bisa mendapatkan yang royal class seperti yang biasa kita temui di Singapura-Malaysia. Dream on.... saya kebagian yang 2-2. Yah... akhirnya pilih seat nomor 39, dua deret dari belakang. Ada di jejeran pintu darurat. Ini berarti ruang untuk kaki yang sangat lapang. Interior bis lumayan mewah, dengan jok empuk dan berbalut kulit (imitasi?) yang nyaman pula. Di beberapa tempat terdapat LCD kecil yang seperti hanya bisa diakses dengan earphone pribadi, karena provider bis tidak menyediakan. Terdapat juga beberapa colokan hape... nah ini baru paham kebutuhan konsumen. Saran ke manajemen Efisiensi mestinya harus diperbanyak...

Bis melaju sesuai jadual yang tercantum di kaca samping depan.. o iya, disetiap bis tercantum jadual keberangkatan. Dari Purwokerto atau Yogyakarta.... Keren. Bis berhenti di Gamping, sebuah wilayah di barat kota Yogya... sepertinya itu pos kontrol, tempat keberangkatan dan juga pool bis Yogyakarta.  Tempatnya seperti masih baru, warna bangunannya cacthy,  bersih.. Disini naik beberapa penumpang.. sekitar 15 menit bis berhenti. Bis kembali melanjutkan perjalanan. Kondektur manarik bayaran, 40 ribu per penumpang. Setelah itu acara bagi-bagi minuman aqua botol merek aguaria 300 ml (he..he... udah jadi nama generik untuk air mineral botol). Merek ini meski mirip-mirip sang market leader, untuk ukuran Jawa Tengah ini rajanya lho...
Bis berjalan cukup lambat. Entah karena jalan yang sempit sehingga susah melakukan overlap atau juga karena engga pake sistem setoran sehingga gak perlu berlomba cari penumpang di pinggir jalan. Ngeselin juga sebenarnya, apalagi perut sudah nagih minta diisi. Sempat menurunkan penumpang di Sokaraja, akhirnya  bis sampai terminal Purwokerto sekitar jam 17.30. Alhamdulillah....


PWT-BDG

Setelah isi perut di warung soto yang rasanya aneh... akhirnya langsung menuju bis yang akan menuju Bandung. Walah.. langsung mood-nya hilang karena yang ada ternyata bis ekonomi AC, udah pasti dengan tempat duduk 2-3. Bis dengan merk “Sari Harum” (mirip merek tahu sumedang nih....) ini kelihatan banget sudah cukup uzur. Dibeberapa tempat tampak cat yang mengelupas dan interior yang sudah cukup kusam. Hanya LCD tivi yang membuat sedikit baru, dengan dvd dangdut yang diputar berulang-ulang sepanjang perjalanan. Ow.. ada toilet dan smoking area-nya.. Mungkin ini dulu bis mewah pada jamannya... Sisa-sisa kejayaan.

Sengaja cari  tempat duduk di bangku 3 kursi, berharap bis gak penuh sehingga apabila diisi dua orang ada satu kursi yang bisa dimanfaatkan untuk kelebihan body ini. Sebelum berangkat bis tampat setengah penuh, tapi begitu sopir siap-siap menjalankan bis, tiba-tiba bis diserbu penumpang yang entah dari mana datangnya... Rupanya mereka adalah penumpang bis jarak “dekat” yang kemalaman dan sudah tidak menemui bis jarak dekat, sehingga dilarang naik terlebih dahulu oleh kru bis. Akhirnya bis meninggalkan terminal Purwokerto dengan penumpang yang bergelantungan oleh penumpang bis jarak dekat... Untung aja bis ini dilengkapi dengan pengharum ruangan elektrik yang secara periodik menyemprotkan parfum wangi.. Lumayan mengurangi bau-bauan berbagai macam sumber...

Meski tua, ternyata bis ini cukup oke menerobos jalanan sempit dan berkelak-kelok antara Purwokerto – Banjar. Beberapa kali berguncang karena buruknya jalan, beberapa bisa mengoverlap truk-truk yang kepayahan menaklukkan tanjakan. Lutut sudah mulai panas, badan terhimpit oleh 2 penumpang dengan 2 penumpang berukuran XXL... Lumbir, Majenang, Karangpicung terlampaui. Selamat tinggal pula jalanan rusak dan berlubang yang menyiksa. Masuk ke wilayah Jawa Barat  dengan kondisi jalan yang lebih bagus, bis bisa melaju lebih kencang. Apalagi penumpang jarak dekat sudah mulai turun, sehingga tinggal penumpang jarak jauh.

Meski ekonomi, bis ini tidak masuk ke terminal-terminal untuk mengambil penumpang. Ini membuat beberapa penumpang yang berharap bisa turun di terminal bis Banjar tampak menggerutu. Bis akhirnya hanya melewati Ciamis dan Tasik tanpa masuk terminal. Sempat berhenti istirahat disebuah rumah makan, yang lagi-lagi gak menarik di sekitar Malangbong. Bis kembali lanjut dengan penumpang yang tinggal setengah dari seluruh tempat duduk. Semakin berkurang ketika sampai di Cileunyi, menurunkan penumpang yang akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta atau memang sengaja turun di Cileunyi saja..

Akhirnya bis memasuki bundaran Cibiru sekitar pukul 03.00. Walah... ternyata pake acara ngisi solar dulu ini bis di daerah Ujung Berung, padahal bentar lagi sudah mau nyampe Cicaheum dan didepannya ada 2 bis pariwisata yang ngantri mau ngisi solar juga. Mungkin ini prosedur tetap semua bis ya... Tanki harus penuh sebelum masuk ke garasi. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya bis menuju pemberhentian akhir.. Sempat ngobrol dengan kondektur yang mengeluhkan pendapatan yang semakin berat dengan naiknya harga BBM, premanisme di Terminal Purwokerto (yang katanya bisa menghabiskan uang sampai 500 ribu), setoran bis yang Rp 850.000 yang tidak bis ditawar lagi, solar yang habis sampai 1,4 juta dari tadinya sekitar Rp 900.000- Rp1.000.0000... Padahal dari Purwokerto ke Bandung dengan kondisi penumpang seperti tadi, dia bisa mengeruk uang kurang lebih 2,5 juta rupiah. Untuk penumpang terdekat, dari Purwokerto sampai Lumbir, setiap penumpang di kenakan sebesar 15.000 dan sampai Bandung dikenakan ongkos Rp 60.000,-... Ya.. hidup memang begitu, tak selalu ada di atas, tak selalu uang datang dengan mudah... Seperti roda bis, kadang diatas kadang dibawah...

Hitung punya hitung, saya ternyata menghabis waktu kurang lebih 18 jam untuk menempuh perjalanan Yogyakarta-Bandung. Ongkos tentu saja lebih murah dibanding pakai bus malam patas Yogya-Bandung, meski waktu tempuh dan kenyamanannya juga berbeda jauh. Walhasil saya membatalkan rencana menghadiri wisuda di Sasana Budya Ganesa (Sabuga – ITB) karena mata yang ngantuk dan badan yang lumayan capek. Dan ketika saya menyelesaikan tulisan ini, badan sudah menagih obat untuk radang di sendi lutut ini... Oleh-oleh dari Yogya.

Bandung, 07072013 nunggu kedai tutup.

1 comment: