Saturday, July 27, 2013

TEORI KONSPIRASI



Secara teoritis, saya tidak tahu pasti pengusung teori ini. Pun definisi secara akademik ilmiah. Yang jelas, wikipedia menterjemahkan teori konspirasi (conspiracy theory) sebagai persekongkolan. Selanjutnya om wiki menjelaskan bahwa teori ini berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi  dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, soisal atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau brepengaruh.

Konspirasi selalu menarik untuk dicermati dan dianalisis bagi mereka yang mau berfikir diluar mainstream dan tidak mau menerima begitu saja konstruksi umum yang terkadang merupakan produk sang pemenang. Konspirasi memang susah dibuktikan, tetapi terkadang sangat terang alur dan hubungan yang terjalin dalam sebuah peristiwa. Sang pemenang tentu saja akan terus menerus membuat ceritanya abadi, dengan menutup-nutupi kebenarannya.

Terlalu banyak peristiwa sejarah yang hingga kini masih menjadi misteri dan tentu saja yang tercantum dalam teks sejarah adalah versi sang pemenang. Sejarah perang dunia I mencatat dan tentu saja menjadi tanda tanya bagaimana Amerika Serikat yang secara geografis sangat jauh dari arena perang di daratan Eropa mau mengorbankan ribuan pemudanya dan juga milyaran dollar anggaran keuangan negaranya dan terlibat dalam perang yang luar biasa kejam. Adalah kapal penumpang Lusitania pada tanggal 7 Mei 1915 yang berisi sebagian warga negara Amerika Serikat yang berlayar dari New York ke Liverpool dan dengan sukses menjadi sasaran torpedo U-boat Jerman di Atlantik Utara dijadikan sebagai pembenar bagi Amerika Serikat untuk terjun ke gelanggang perang. Tak pernah ada penyelidikan serius tentang dugaan bahwa kapal tersebut sengaja diumpankan untuk kemudian dihajar oleh Jerman. Teori konspirasi menyimpulkan bahwa ini adalah sebuah persekutuan dari negara-negara sekutu yang memang memerlukan dukungan dan bantuan militer Amerika untuk mengalahkan Jerman serta kepentingan para konglomerat yang menikmati keuntungan dari perang dengan perdagangan peralatan militer.

Gembar-gembor holocaust yang dibesar-besarkan oleh Israel diduga dilakukan sebagai alasan untuk membela negara Yahudi Israel dan secara internal selalu dipergunakan oleh Israel untuk menyatukan bani israel sebagai sebuah bangsa. Perang suci George Bush melawan terorisme tak lebih untuk menutup-nutupi motif ekonomi dengan menguasai ladang-ladang minyak di Irak dan Afganistan serta memenuhi syahwat koboi Bush yang haus darah dan perang, dan pengeboman menara kembar tak lebih dari skenario global  zionis karena ternyata dari ribuan korban, ternyata sedikit sekali orang Yahudi yang menjadi korban.

Point terpenting dari teori ini adalah persekongkolan dilakukan dan didesain oleh mereka yang mempunyai kekuasaan, dan biasanya yang menjadi korban adalah mereka yang papa, nirkuasa dan bodoh. Mengapa? Sangat sederhana jawabannya bahwa mereka yang seringkali dijadikan korban (bisa juga menjadi kambing hitam) adalah mereka yang tidak berdaya, tidak memiliki sumber daya untuk melakukan serangan balasan dan biasanya cenderung pasrah dan menganggap ini sebagai bagian dari ujian Tuhan semata. Point berikutnya saya melihat bahwa persekongkolan ini tentu saja sangat, sangat, sangat  jahat sekali karena berupaya mengalihkan satu isu atau permasalahan besar yang berkaitan dengan dirinya kepada orang lain atau permasalahan lain.

Jika sebagian besar orang Indonesia gerah melihat situasi politik dan sosial saat ini, tak terlepas dari berbagai persekongkolan jahat yang dilakukan oleh mereka yang punya kuasa. Isu korupsi menjadi sangat ampuh sebagai senjata untuk membunuh lawan politik, sehingga dagelan-dagelan dengan tema korupsi silih  berganti hadir, tentu saja dengan bumbu politik. Century, Lumpur Lapindo,  Penyerbuan markas PDI, Kerusuhan di Jakarta, Penembakan Mahasiswa, Penculikan Aktivis, Pembunuhan Marsinah dan Udin, adalah sedikit dari kasus di tingkat nasional yang melibatkan kekuasaan.

Bukan hanya ditingkat nasional, dalam level lebih kecil ketika otonomi daerah menghasilkan raja-raja kecil yang berkuasa, persekongkolan seringkali dilakukan dengan mereka yang memiliki kekuasaan yudikatif untuk menutupi borok dan kejahatan besar mereka. Mereka yang memiliki kekuasaan yudikatifpun sangat pintar melihat peluang ini. Pertama mereka akan mengangkat kasus-kasus kecil yang menjerat orang-orang kecil dijerat dan dijadikan sebagai bukti bahwa mereka serius dan tak pandang bulu, shock teraphy. selanjutnya mereka akan menyasar kasus yang lebih besar secara masif. Selanjutnya mudah ditebak, kasus-kasus yang tidak terkait dengan struktur kekuasaan dan APBD akan diangkat untuk menutupi kasus besar yang sudah tersimpan di bawah karpet dan tertutupi dengan rupiah. Seperti kasus di sebuah daerah kecil di lereng selatan gunung berapi indah di Pulau Jawa, sekelompok orang yang terbukti tidak merugikan keuangan negara dihajar habis-habisan, diperas sampai kurus kering dengan pasal-pasal korupsi tanpa melihat fakta sosial, dan budaya setempat. Labeling korupsi seperti cap komunis pada saat keruntuhan orla, palu godam yang mematikan tanpa upaya pembelaan yang berarti, terlebih untuk mereka yang tak berpunya kuasa. Ujung-ujungnya jelas, diduga telah terjadi persekongkolan antara sang penguasa wilayah dengan mereka yang memiliki otoritas setempat untuk bersepakat mengangkat kasus tersebut untuk menutupi kejahatan-kejahatan yang lebih besar.  

Sebagai penutup saya hanya ingin mengutip dari tulisan tentang Perang Dunia I “The Great War, Perang Modern Terbesar Pertama” bahwa penyelidik di negara maju selalu menganjurkan untuk mengikuti kemana arah jalannya uang, maka anda akan menemukan jalan ke arah itu  (konspirasi atau persekongkolan tersebut). Terlihat nyata, tetapi selalu susah untuk membuktikan adanya persekongkolan, tapi tentu saja tidak buat mata dan tangan Tuhan. Nantikan saja kuasaNya.  


No comments:

Post a Comment