Tuesday, July 9, 2013

RAZIA! RAZIA! RAZIA!



Puasa adalah bulan yang agung. Tak salah banyak orang yang merindukan bulan yang juga disebut dengan penuh penghormatan sebagai bulan seribu bulan. Persepsi dan perspektif seseorang terhadap bulan puasa ini tentu saja beragam, tergantung pemahaman dan pengalaman spiritual seseorang, mungkin ya... Untuk itu, seringkali kita dihadapkan dengan satu tradisi dari sekelompok orang yang mengatasnamakan penjaga agama yang berusaha mensterilkan Bulan Ramadhan dari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya umat menjalankan ibadah puasa.
Dalam pandangan saudara-saudara saya tersebut, puasa mungkin berarti harus terbebas dari semua hal yang dapat menggoda dan membatalkan puasa. Untuk itu semua materi yang mengandung DNA maksiat harus ditutup, disingkirkan dan kalau membandel mau tidak mau harus dihancurkan. Sehingga, yang namanya diskotik, panti pijat dan tempat hiburan harus tutup. Minuman keras dilarang keras dipajang dan dijual tentu saja. Rumah makan dilarang mendisplay makanan yang bisa membatalkan puasa, kalau perlu jangan sampai jualan...

Tak mau kalah dengan organisasi keagamaan, aparat pemerintah daerah atas nama ketertiban dan menjaga kekhusukan orang berpuasa, ikut-ikutan melakukan razia.  Berbekal Perda K3 (Keamanan, Ketenteraman dan Ketertiban), aparat berseragam cokelat, bersenjatakan pentungan, mobil patroli, dan dibackup oleh aparat bersenjata, mereka menyasar dan melabrak warung-warung, diskotik, tempat-tempat penginapan murahan serta tempat-tempat yang disebut sebagai sarang setan. Agar lebih dahsyat, tak lupa operasi disertai dengan pers yang sengaja diundang untuk merekam adegan-adegan yang diharapkan dramatis, penuh ketegangan dan penuh kewibawaan.

Sepertinya sangat kontradiksi dengan makna bulan ramadhan itu sendiri. Bulan yang agung. Bulan yang dimana semua orang mendedikasikan keimanan, kesabaran, kemanusiaan, dan ketaatannya kepada Allah untuk tidak menyakiti orang lain. Jadi ketika sebagian orang sangat merindukan datangnya bulan puasa, sebagian lagi saudara kita (entah yang seiman, seiman tapi tidak menjalankan puasa, atau yang tidak seiman) sangat tidak mengharapkan datangnya bulan puasa, bulan yang bagi mereka adalah horor. Horor? Sulit mengatakan bukan horor ketika mereka harus kucing-kucingan dengan petugas atau ormas yang meminta mereka menutup usahanya. Yang berarti juga mereka harus kehilangan pendapatannya...

Maksudnya mungkin bagus. Biar orang-orang yang puasa tidak terganggu dengan pandangan-pandangan yang bisa mengganggu atau bahkan membatalkan puasa. So, lingkungan harus steril dari hal-hal kontrapuasa. Dan mereka yang berpuasa bisa dengan tenang menjalankan puasanya. Saya mungkin ingin menganalogikan  mereka mengawal puasa seperti mengawal rombongan pejabat yang akan lewat (atau kalau belum pernah ketemu rombongan pejabat, mungkin rombongan pengantar jenazah yang akan ke kuburan). Jalanan harus steril, tidak boleh ada penghalang yang dapat mengganggu rombongan. Sangat nyaman, bisa tenang-tenang di dalam mobil, dan sampai tujuan dengan selamat tanpa gangguan.

Bayangkan kita adalah  rakyat biasa dan harus menempuh jarak dan tujuan yang sama dengan rombongan tadi. Kita mungkin harus berjuang menerobos kemacetan, lampu merah, razia petugas, kaki lima yang ada di jalan, pak ogah, pengemis dan hal-hal yang bisa mengganggu perjalanan kita. Kita pasti harus tetap sampai ke tujuan akhir bukan? Dibutuhkan kreatifitas, kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan perjuangan keras untuk sampai ke tujuan.
Mari berimajinasi, ketika sampai ke tujuan, rombongan yang dikawal dan mendapatkan previlege di jalanan, pasti akan tersenyum lebar dan bangga bisa sampai dengan selamat ke tujuan. Badan masih wangi, tenaga tidak terkuras karena berada dalam kenyamanan dan bebas dari kemacetan. Fresh. Bagaimana dengan yang tanpa pengawalan? Meski badan letih, capek, kusam, lemah, saya membayangkan dia akan syujud sukur dan mengepalkan tangannya di garis finish. Kepalan penuh kemenangan. Dan kemenangan yang diraih dengan perjuangan, tentu jauh lebih berkesan, bermakna dan lebih agung...

Sepertinya kita manja dan sangat arogan. Sepertinya kita hanya ingin sekedar menunjukkan bahwa pada satu bulan ini, dunia milik kita, dan semua orang harus mengerti serta memberikan respek kepada kita yang menjalankan puasa. Kita mungkin lupa, bahwa Al Quran mencatat bahwa sebelum kita (dan saat inipun masih) ada kaum yang melakukan ritual puasa. Kita mungkin lupa bahwa saudara-saudara kita yang Katolik, Advent, Hindu, Yahudi serta agama-agama lain dan penganut kepercayaan juga melakukan ritual puasa..  

Saya jadi ingat ketika anak saya yang pada saat itu masih SD kelas 1 dan sedang belajar berpuasa seharian,  harus menyaksikan teman-temannya yang sebagian besar beragama lain, dengan cuek membuka bekal jajannya di depan ruang kelas piano. Dan saya sangat  bersyukur ketika dia bisa menamatkan puasanya hari itu, dan saya sangat menghargai betapa perjuangan dia sangat berat hari itu. Godaannya sangat berbeda dengan saya yang masa kecilnya berada dalam lingkungan yang cenderung homogen dan agraris islam..

Puasa adalah tentang keikhlasan. Perintahnya sudah jelas, dan tidak perlu atas nama agama, kita menjadi superhero dan penjaga iman orang lain. Apalagi memaksa orang lain untuk menghormati kita, sementara kita sendiri terkadang tidak menghormati diri sendiri.... dengan mempertontonkan kemayoritasan dan arogansi berkedok agama.

Ahlan wa sahlan Ramadan. Mohon maaf lahir dan bathin...

Bandung, Pandangan Pribadi, 
sambil menunggu sidang isbat yang ternyata mendelay satu hari...

1 comment:

  1. tatanium rings for sale | TITanium Art - TITANIA
    T-ATIENTIC ROCKETS AND BASE MACHINES are titanium (iv) oxide made with a columbia titanium boots unique recipe. Made ford edge titanium in the garmin fenix 6x pro solar titanium TITANIA GARDEN HARD CORPS, TATENACOLIS titanium mens wedding band HARD CORPS have been carefully crafted in

    ReplyDelete