Suatu malam, saya bermimpi
menjadi host disebuah acara talk show televisi. Meski tak semegah milik Oprah
Winfrey Show, tak sehebat Kick Andy, tak setajam Mata Najwa, juga tak selucu
Bukan Empat Mata atau Show Imah, acara
ini sangat berarti dan menyenangkan. Mungkin karena menjadi reporter atau
wartawan adalah satu mimpi kecil lain saya. Tamu yang datang ke acara talk show saya juga bukan siapa-siapa, bukan publik figur
tenar, hanya penduduk biasa, mantan pejabat rendahan di republik ini.
Fisically tak ada yang menarik dari bintang tamu saya kali ini,
tinggi kurang lebih 170 cm dengan bobot tubuh sepertinya kurang berolah raga
atau paling tidak cabang olah raga favoritnya adalah berburu kuliner. Suku
bangsa Jawa tapi sepertinya juga sudah tidak perduli dengan kejawaannya. Rambut
menipis terutama di bagian belakang. Hidungnya sedikit besar, yang kata orang
sebenarnya membawa hoki, tapi sepertinya belum memperlihatkan tuahnya, setidaknya
hingga saat ini.
Tanpa panjang lebar, berikut petikan
interview saya (Q atau Question) dan mantan pejabat ecek-ecek tersebut (W atau
Answer). O ya... acara ini bukan acara live,
sehingga untuk alasan keamanan dan kenyamanan bersama (terutama sang
narasumber), editor saya telah menghilangkan beberapa bagian yang sensitif
tersebut.
Q : Hallo mas....
A :
Hallo juga...
Q : Sehat ya?
A : Pertanyaan seperti ini, sekarang paling sering saya terima.
Terutama berasal dari mereka yang pernah mengenal saya. Lewat sms, bbm,
facebook atau whatsapp.. he..he..
Alhamdulillah sehat dan baik-baik saja.
Q : Langsung saja ya, apa sih arti hidup bagi
anda?
A : Saya orang jawa, falsafah jawa mengajarkan
bahwa hidup itu mung mampir ngombe,
hanya mampir untuk minum dari sebuah perjalanan yang maha panjang. It is like a shelterof life. Saya
berupaya menjadikan hidup ini berguna, setidaknya bagi diri sendiri dan orang
orang terdekat. Terlalu naif kalau saya mampu berguna bagi nusa bangsa dan
negara. Saya berupaya memulai dari lingkungan yang kecil. Teori sistem
mengatakan begitu....
Q : Kalau keluarga?
A : Keluarga adalah segalanya. Apapun yang kita
lakukan, toh semua akan kembali untuk keluarga. Ini hukum alam. Orang tua kita
membesarkan kita dan mengantarkan kita untuk bisa hidup, dan kini saatnya kita
membesarkan anak-anak kita untuk menjadi generasi yang lebih baik dari kita.
Saya beruntung mendapatkan paket yang komplit dari Tuhan. Alhamdulillah, thanks God. Istri dan dua anak yang sangat-sangat
spesial..... I’m a family man. Waktu-waktu spesial adalah kala bersama
keluarga....
Q : Bagaimana dengan pekerjaan anda sebelumnya?
A : Well,
saya harus mengatakan bahwa menjadi *** adalah spesial. Saya tidak pernah
merasakan rasanya bekerja di bidang lain sebelumnya, sehingga saya merasa bahwa
ini adalah way of life. Selepas dari
SMA saya langsung sekolah kedinasan, lulus langsung bekerja. Mimpinya langsung
jadi Cam**... he..he... Indoktrinasi yang sempurna, meski kenyataannya tidak
semudah itu. Anda memasuki sebuah hutan belantara, bekal anda hanya idealisme,
dan anda harus survive.
Q : Bagaimana ketika misalnya harus
meninggalkan pekerjaan tersebut?
A : Hidup itu pilihan. Datang dan pergi juga
sudah menjadi hukum alam. Cepat atau lambat kita harus pergi. Tuhan seringkali
menguji manusia seperti ini, mengambil sesuatu yang amat dicintainya.
Q : Termasuk pekerjaan?
A : Ya.. (menarik
nafas panjang...) Duapuluh tahun hidup saya berseragam *****, tak ada
salahnya ketika kita harus mencoba hal lain. Pasti berat. Tapi itu tantangan,
bukan masalah.
Q : Atau anda kecewa, maaf, dengan sesuatu atau
sistem yang ada?
A : Begini, tak ada yang salah dengan sistem.
Semua kembali pada mereka yang menjalankan sistem tersebut. Lihat ke negara
tetangga kita, Singapura, pandangan kita sistem di negara tersebut berjalan dengan baik, sehingga orang-orang
(siapapun dia) sangat patuh dan hukum berjalan dengan baik, meski sangat jarang
sekali kita lihat polisi di berbagai tempat, tapi sangat aman dan tertib
sekali... termasuk untuk membuang sampah atau ludah sama sekali. Tapi siapa
bisa menjamin bahwa warga negara Singapura juga bisa berlaku seperti itu di
tempat lain. Bukan rahasia umum, bahwa mereka membuang sisi-sisi kemelayuannya,
maaf.. he.. misalnya dengan merokok, menyeberang jalan, atau membuang sampah
sembarangan dengan liburan ke Batam atau ke Johor... he..he..
Q : Kalau begitu orangnya yang membuat anda
kecewa?
A : Sulit untuk membuang sisi hitam dari hidup
saya dengan tidak mengatakan bahwa saya kecewa dengan mereka. Tapi menyalahkan
orang lain juga tidak menyelesaikan semua masalah, bahkan akan membuat kita semakin
terluka. Saya fikir selama ini saya hanya membuang waktu karena berharap orang
lain akan menolong dan membantu kita karena kita telah melakukan ini, telah
berbuat itu, telah menghasilkan sesuatu.... Saya salah besar. Karena ternyata saya bukan
siapa-siapa....
Q : Kenyataannya anda telah menghasilkan
prestasi, yang sedikit banyak juga mengharumkan nama daerah tersebut dan juga
para pemimpin anda juga?
A : Ha3.. Saya bukan siapa-siapa. Dan itu tak
berarti apa-apa ketika anda pergi...
Q : Ok... arti prestasi bagi anda?
A : Buah dari kerja keras kita, bukti dari kita
telah melakukan sesuatu untuk masyarakat. Sekedar ekstasi untuk melangkah lebih
jauh lagi. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa berubah dan
bersemangat untuk membangun dan merubah lingkungannya. Saya sangat sedih ketika
setelah lomba, semuanya kembali seperti sedia kala... tak ada perubahan,
terutama secara sosial.
Q : Kalau boleh tahu, mana yang paling berkesan
bagi anda dari prestasi-prestasi tersebut?
A : Ada sebuah prestasi yang sampai ke tingkat
nasional. Mengantarkan local gov. first
lady menerima Piala tersebut di Kalimantan. Tapi yang lebih berkesan dari
saya adalah, saya berangkat dari nol, membina wilayah tersebut dari nol bukan
hasil kerja pejabat sebelumnya. Ketika saya melakukan kunjungan di wilayah
tersebut, saya berdialog apakah mereka pernah mengikuti perlombaan, kenapa di
balai warga tidak ada piala satupun? Ternyata mereka memang belum pernah ikut
dan saya tantang, maukah ikut lomba? Mau.. oke..mari berjuang bersama-sama.
Finally kita berjuang dari tingkat paling bawah, sampai juara tingkat lokal,
regional dan akhirnya ke tingkat nasional.
Q : Jadi strategi anda sebenarnya mengajak?
A : Tidak hanya mengajak, tapi saya juga
memberi contoh... Saat ini tidak bisa
menjadi pemimpin hanya pakai jengkol, pakai sk, pakai seragam, main tunjuk sana
sini. Sebagai contoh, ketika saya sampaikan bahwa lingkungan harus hijau dan
teduh, saya berikan contoh dengan memberikan pot-pot bunga sekaligus dengan
tanamannya, ketika efeknya terlihat, secara swadaya akhirnya mereka juga akan
melakukan. Contoh lain, ketika melihat jalanan kotor, saya tinggal ambil sapu,
dan ketika lihat saya menyapu, mereka malu dan ramai-rami keluar rumah untuk
menyapu... ketika semuanya ramai-ramai
menyapu, saya berhenti dan jadi suporter mereka... ha3.....
Q : Apa yang anda dapatkan? Materi misalnya?
A : Alhamdulillah... kepuasan. Itu tak
ternilai. Untuk materi, no comment.......
Bukan itu ukurannnya..... Untuk pergi ke
acara puncak di Kalimantan saja, istri saya harus pake tiket atas nama seorang
pegawai di kantor pemerintah lokal karena memang tidak ada rencana untuk ikut,
saya pun last minute harus berangkat
sendiri karena dadakan harus ikut. Malas sebenarnya.... karena harus
mengeluarkan uang sendiri untuk kesana..... Beda dengan sekarang, baru juara
tingkat provinsi saja sudah diajak pergi ke acara di tingkat nasional..... (matanya
tampak berkaca-kaca). Yah... rezeki orang berbeda-beda.... Respek dan
penghargaan dari masyarakat jauh lebih penting dan bermakna.
Q : Kalau tempat kerja yang paling berkesan?
A : Semua tempat kerja sebenarnya berkesan.
Masing-masing membentuk saya, proses pendewasaan tidak bisa sekejap.. proses
belajar saya dapatkan di semua tempat saya bekerja.
Q : Harus dalam term of superlative...
A : Maksa nih..... Hmmmm... Kalau harus memilih, tempat terakhir adalah
tempat terhebat. Tempat saya benar-banar mandiri dan membentuk kepemimpinan
saya. Tidak mudah memimpin 40.000 orang dalam usia yang relatif muda. Untungnya
karekristik masyarakatnya cocok dengan saya, relatif well educated, rasional...
Namun setiap masyarakat tentu saja unik. Tantangannya juga berbeda... Kalau
ditempat lain, belum tentu saya cocok.
Q : Dukungan staf dan atasan langsung?
A : Ini juga faktor paling penting.... Saya
mendapatkan dukungan sumber daya staf kelas satu. Dan pastinya susah kalau kita
berhadapan dengan orang-orang kelas satu kalau kitanya tidak berkelas satu
juga... ini tantangan bagi saja untuk terus
improve.. day by day.. growing better, of course with them. Atasan langsung
juga saya beruntung mendapatkan pimpinan yang hebat, bukan sekedar pimpinan, beliau
juga bisa menjadi teman, kakak, lawan diskusi dan boss yang baik....
Q : Lingkungan yang mendukung ya? Sepertinya
mudah...
A : Saya beruntung mendapatkan lingkungan
seperti itu. Tapi sebenarnya tidak juga.... Karena tantangannya pasti juga
lebih berat. Ibarat kata kalau kita jadi pelatih di Liga Premier Inggris dan
harus melatih klub top five seperti MU Arsenal, Chelsea atau Liverpool...
targetnya harus selalu juara. Bahkan kalau piala yang didapatkan hanya sekelas
Piala Liga, itu bukan prestasi... harus minimal Juara Liga atau kalau bisa
juara Liga Champion. Beda kalau kita menangani klub sekelas Fulham, QPR,
Westham.... bisa lolos dari degradasi aja sudah jadi prestasi.... Menjadi pelatih MU adalah mimpi semua pelatih top dunia, tapi
menggantikan Alex Ferguson, tidak semuanya mau... So, tidak ada yang mudah. Menangani yang
kelas satu atau KW 3, sama-sama punya tantangan yang berbeda....
Q : Dari tadi serius topiknya.... Hobi anda?
A : Hobi standar... baca. Travelling
sekali-kali...
Q : Reenacment
masih?
A : Masih.... tau aja.... (ketawa... berbinar). Masih
newbie kok... Senang bertemu dengan teman-teman yang sehobi. Hobi yang menurut
orang lain mungkin gila... Menirukan kok tentara Nazi, begitu mungkin mereka
fikir. Yah justru disitu uniknya. Tidak semua tentang Nazi atau Waffen SS
jelek. Ada juga sumbangannya dalam peradaban manusia, seperti teknologi militer
yang mereka pakai, sekarang diadopsi oleh tentara-tentara modern. Yang paling
penting... kita belajar sejarahnya, bukan belajar jadi orang-orang yang haus
perang. Semua perang itu kejam, harus dihindari...
Q : Kegiatan anda sekarang?
A : Penginnya diundang dan jadi bintang tamu
talkshow begini setiap hari.... he..he.. Biar kaya Arya Wiguna atau Kiwil
gitu....
Q :
Ha..ha.... Emang ada yang mau acaranya bangkrut?
A : Kali aja ada produser yang gila...
Q : Serius...
A : Ngurus kedai, ngajar, ternak teri... Maksud
anda nganter anak dan istri, ke kantor dan ke sekolah. Saya beruntung masih
diberikan kesempatan untuk ngajar, entah sampai kapan saya dipercaya...
Q : Harapan anda ke depan?
A : Life
must go on. Terus berjuang untuk hidup, dengan atau tanpa bantuan orang
lain. Karena pada akhirnya, hidup kita kita sendiri juga yang menentukan. Bukan
orang lain.. baik buruk nya kita yang memilih... Orang lain mungkin bisa kasih support, doa atau kata-kata mutiara dan
motivasi yang indah, namun pada akhirnya kita juga yang ngejalanin... Mudah-mudahan ini awal dari kehidupan baru
yang lebih baik lagi. Keep praying and do
something saja.
Q : Pengin kembali lagi?
A : Dalam kondisi normal, iya.... Dalam kondisi
saat ini, saya belum menemukan passion.
Terlalu banyak kekecewaan dan itu tidak bagus sebagai lingkungan kerja. Tapi
semua ada di tangan Tuhan, who knows that
it happened some day?
Q : Baik mas.... Terima kasih atas waktunya.
Sampai ketemu lain waktu ya....
A : Sama-sama.
Durasi wawancara yang diberikan
oleh produser memang tidak terlalu lama, mungkin takut ratingnya jeblok dengan
mengundang orang yang tidak terlalu penting, tapi saya berharap mudah-mudah ada
hal-hal yang bisa dipetik dari wawancara tersebut. Berharap bisa masih jadi host televisi dengan bayaran yang tinggi
pula.... Sayang, istri saya ngebangunin saya untuk sholat subuh.